Menjadi orang muslim di Indonesia perlu ekstra hati-hati sekarang ini. Pasalnya bukan karena masalah perundang-undangan di negeri ini, tetapi karena banyaknya promosi “kebencian” dan ketidaksiapan menghadapi berbagai macam perbedaan, menyebabkan kaum minoritas satu aqidah mengalami intimidasi dan penekanan. Itulah yang dirasakan oleh kaum Ahmadiyah dan kini giliran kaum syiah Indoensia di Madura. Mereka siap hengkang dari Madura, karena mendapatkan berbagai tekanan.
Category Archives: Dunia Pesantren
Beriziarah Haul 2011
Mengikuti rangkaian Ziarah pada moment haul Buntet Pesantren sangat menarik. Karena setiap moment ziarah ini memberikan nuansa yang memberikan kedekatan kepada para guru dan masyayikh di lingkungan Pesantren tua ini. Ada ribuan pengunjung setiap moment ziarah haul yang dilangsungkan setiap tahun ini. Saya bersama kawan sempat mengikuti acara ini, bahkan dapat meliput dan mengabadikan moment ziarah ini.
Ziarah sebagaimana diketahui oleh mayoritas masyarakat muslim merupakan rangkaian pembacaaan ayat al quran, tahlil, shoalawat, dan diakhiri dengan doa untuk keselamatan para almarhumin (yang telah meninggal dunia).
Pusing Mengurus Anak Pesantrenkan Saja
Banyak yang beranggapan bahwa menghadapi kondisi zaman sekarang sangat dilematis. Satu sisi, para orang tua percaya bahwa anak-anaknya akan tumbuh dengan baik dan kelak menjadi anak yang sholeh. Di sisi lain, sekolah yang selama ini diunggulkan lebih mengutamakan sisi kognitif saja sedangkan sisi afektif, sikap dan akhlak dijadikan nomor sekian.
Medium tempat belajar kedua bagi anak adalah keluarga. Saat ini tidak jarang orang tua yang supersibuk mengurusi berbagai kepentingan bisnis atau urusan sosial. Karenanya, banyak anak-anaknya dipercayakan kepada guru ngaji yang datang ke rumah atau si anak mengaji di surau, masjid dan tempat-tempat pengajian seperti Taman Pendidikan Al Quran.
Seputar Budaya Haul, Khataman, Selamatan dan Tahlil
Bagi saya tulisan seputar masalah budaya tahlilan sudah basi dan kurang menarik bagi yang tidak menyukainya. Namun yang menarik dari Tulisan Abu Fateh seputar budaya tahlilan, dan amalan yang dilakukan oleh komunitas pesantren dari waktu ke waktu baik yang ada timur maupun Barat, Selatan dan Utara, terus berkembang hingga sekarang. Sayang kalau tulisan ini saya lewatkan.
Ø Pengertian Selamatan atau Haul
Haul berasal dari bahasa arab : berarti telah lewat atau berarti tahun. masyarakat Jawa menyebutnya (khol/selametane wong mati) yaitu : suatu upacara ritual keagamaan untuk memperingati meninggalnya seorang yang ditokohkan dari para wali, ulama’, kyai atau salah satu dari anggota keluarga.
Lebih Memilih Pesantren
Santri pun Bisa Cepat Belajar Bahasa Inggris
Saya menemukan banner menarik di sini, bicara tentang belajar bahasa Inggris dengan cepat dan praktis. Mualnaya saa tidak percaya, setelah saya klik ternyata sebuah sistem belajar bahasa Inggris tanpa keluar rumah alias via internet by phone, by email alis by staying at home. Nah ini dia!
Ketika Petani Dizolimi
Oleh Muhamad Kurtubi
Dulu di Pondok Buntet Pesantren para kyai memiliki sawah. Rata-rata setiap tahun panen 3 kali. Para santri biasanya terlibat dalam penanganan pasca panen itu. Setelah itu nasi liwet ditanak sendiri menggunakan beras pemberian kyai rasanya wangi pulen dan empuk. Tapi kini bukan saja para kyai tapi juga para keluarga petani lainnya sudah tidak tertarik lagi bertani?
Sukses karena Hormati Ibu
Ibu, Ummi, Mother atau apa saja panggilannya bila kita hormati dengan tulus serta melayaninya dengan tabah, niscaya akan membawa kedamaian dalam hidup. Dalam bahasa pesantren, anak yang berbakti kepada ibunya (orang tua) maka dia akan “sukses” lahir batin, dunia akherat. Mau Bukti?
Abu Yazid Al Bustami, seorang ulama yang sangat dihormati dikalangan para sufi dan generasi kini, banyak pula karangan kitabnya ternyata beliau sangat hormat dan bakti kepada ibunya.
Lembaran Penghapus Luka
SEBELUMNYA saya mohon maaf lahir & batin kepada semua teman dan tetangga. Saya juga mohon maaf karena tidak bisa leluasa mengomentari komentar dan berbalas kunjung. Kali ini saya berkesempatan memberikan tulisan yang isinya adalah laporan pulang kampung buat.
PERJALANAN pulang kampung kali ini memberikan torehan sejarah yang sangat berkesan. Satu demi satu tetangga yang kudatangi disapa dengan akrab. Tidak itu saja, mata mereka berbinar tanda bersuka cita saat saya memberikan lembaran-lembaran penghapus luka, senyum mereka berbinar-binar. Ucapan syukur bertebar tiada henti kepada Allah dan kepada orang-0rang yang rela menyumbang dan menyambung tali kasihNya.
Ada sekitar 50 orang lebih tetangga saya itu yang diberikan uluran tangan orang jakarta ini. Mereka sangat minim dari segi ekonomi. Kepedulian warga sekitar memang ada namun angkanya masih kecil. Para kyai sebagai pemegang otoritas di kampung pesantren ini pun masih belum mampu memberikan pencerahan bendawi, para ulama di sana masih terbatas pencerahan ruhani.
Ramadhan ngaji di mana?
Dulu waktu masih di pondokan, ikutan santri mengaji kitab “kuning” yang isinya seputar tauhid, fiqih, tafsir, hadits dan lain-lain. Semua santri dan warga buntet mengikuti kegiatan ini tanpa ada yang protes. Bahkan tidak mengikuti juga tidak apa-apa. Terbukti saya sendiri paling2 hanya satu kyai dua kitab yang diikuti seperti ngaji di KH. Abdullah Abbas.